Tuesday, July 22, 2014

Rahasia Supaya Cepat Lulus Kuliah


Semua mahasiswa didunia ini pasti menginginkan yang namanya lulus cepat dan tepat waktu. Lulus tepat waktu artinya prestasi. Belum lagi kebanggaan pribadi, orang tua, bahkan orang sekampung. Lulus cepat dan tepat waktu gampang-gampang susah. Otak encer gak jadi jaminan seorang mahasiswa bisa lulus kuliah cepat dan tepat waktu. Ada hal-hal lain yang juga sangat mempengaruhi antara lain kemampuan mengelola waktu, kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi.

Berikut ini beberapa tips rahasia supaya cepat lulus kuliahnya :
  1. Bangunlah sebuah kelompok untuk belajar bareng teman-teman, karena belajar bersama terbentuk dari individu-individu yang mempunyai agenda yang sama, perasaan dan komitmen yang kuat terhadap misi dan sasaran yang sama. Selain itu, mastermind juga berarti sekelompok orang yang masing-masing menyumbangkan yang terbaik sesuai dengan kemampuan, keahlian dan latar belakang  mereka sehingga dihasilkan ide-ide yang brilian untuk kemajuan bersama.
  2. Jadi idealnya kita membentuk kelompok master mind, tidak terbatas hanya pada teman-teman dari satu jurusan atau fakultas, tapi bisa lintas jurusan dan fakultas. Semakin banyak kita berinteraksi dengan orang-orang dengan beragam latar belakang keilmuan maka akan semakin membuka cara pandang dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, penelitian, berorganisasi, dan sebagainya.
  3. Buat Perencanaan dan Target. Di Indonesia biasanya perkuliahan strata S1 bisa diselesaikan dalam minimal 7 atau 8 semester. Buat semacam roadmap target SKS tiap semester termasuk IP yang harus dicapai. Konsultasikan dengan dosen PA terkait mata kuliah yang akan diambil. Perhatikan mata kuliah yang menjadi prasyaratnya mata kuliah lain, karena jika tidak lulus mata kuliah tersebut maka efeknya akan berantai sampai semester seterusnya.
  4. Kerjakan tugas kuliah sedini mungkin, jangan dikerjakan satu hari sebelum deadline dikumpulkan. Waktu yang panjang otomatis akan memberi peluang untuk mencari referensi yang lebih baik, format tugas yang lebih rapi dan tentu saja kualitas yang lebih baik. Lakukan strategi distribusi waktu pengerjaan setiap tugas mata kuliah dan jangan pernah menumpuk semua tugas diwaktu yang sempit.
  5. Jaga kesehatan. Kesehatan adalah aset yang paling berharga maka kita wajib mengatur pola hidup agar tetap sehat. Jangan biasakan begadang untuk mengerjakan tugas kemudian bangun kesiangan, terlambat ke kampus dan akhirnya konsentrasi pun buyar. Sebaiknya alokasikan waktu belajar sehabis makan malam sampai menjelang jam 10. Kemudian lanjutkan pada pukul 4-5 pagi sebelum solat subuh. Jangan lupa asupan makanan yang bergizi. Jangan terlalu sering makan makanan instan. Perbanyak serat, protein dan buah. Makanan bergizi gak harus mahal lho yang murah banyak.
  6. Buat proposal Skrisi 3 Bulan sebelum semester 7. Nah ini juga salah satu strategi rahasianya. Ketika kamu sudah semester 6 dengan kondisi mata kuliah teori sudah hampir selesai, maka kamu sudah harus merencanakan menyusun proposal skripsi meskipun belum masuk kedalam KRS. Caranya bisa dimulai dengan membaca jurnal, paper, skripsi  dan berbagai sumber literatur lainnya. Cari peluang riset dengan membaca kesimpulan dan saran penelitian tersebut. Lanjutkan dengan mencari referensi tambahan terkait metode dan teknik.
  7. Ketika bahan literatur  dan sketsa proposal sudah ada maka segeralah temui calon dosen pembimbing yang kamu sukai. Sampaikan bahwa kamu sudah memiliki masalah riset dan memiliki beberapa sumber literatur. Cara ini jauh lebih elegan daripada ketemu dosen terus minta judul skripsi.
  8. Ketika awal semester 7 proposal kemungkinan besar sudah matang untuk diseminarkan. Tinggal memenuhi syarat administratif. Jika sesuai target maka dalam waktu 3-4 bulan skripsi tersebut sudah bisa diselesaikan.
  9. Bangun komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik harus dilakukan dengan dosen pembimbing. Caranya adalah dengan membuat rencana kerja dan konsultasikan perkembangan skripsi 1 minggu sekali, minimal via email. Jika terkendala dengan masalah metode teknis maka dapat berkonsultasi dengan orang-orang diseluruh dunia melalui forum diskusi dengan bidang riset yang sesuai. Saat ini banyak sekali forum diskusi online dengan berbagai topik keilmuan bahkan online course yang sangat membantu kita dalam menyelesaikan masalah apapun terkait penelitian.
  10. Jangan lupa ada yang lebih penting yaitu berdoa dan minta didoakan sama orang tua. karna doa orang tua itu cepat dijabah oleh Allah.

Demikian pembahasan tentang rahasia supaya cepat lulus kuliah, semoga dapat bermanfaat bagi yang lagi ngerasain yang namanya mahasiswa seperti saya ini hehehe, dan semoga cepat lulus tepat waktu. aminn...

Hukum Menyikat Gigi Ketika Berpuasa

Berpuasa seringkali menyisakan bau mulut yang kurang nyaman bila tercium oleh orang lain. Meskipun demikian, dalam sebuah hadits telah disebutkan bahwa bau mulut orang yang berpuasa lebih harum dari pada bau minyak kasturi.


Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ


“Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada bau minyak kasturi.”


Untuk meminimalisir bau mulut, seringkali kita menyikat gigi dengan pasta gigi. Dalam kondisi berpuasa, apakah kita tetap boleh menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi? Apakah hal ini boleh disamakan dengan kebolehan bersiwak saat berpuasa? Mari kita kaji pembahasan ini bersama.

Hukum Bersiwak Saat Berpuasa

Syaikh Shalih al-Fauzan pernah ditanya tentang hukum bersiwak ketika sedang melakukan puasa Ramadhan. Beliau memaparkan, “Tidak diragukan lagi bahwa bersiwak merupakan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dianjurkan. Bersiwak memiliki keutamaan yang besar. Terdapat berbagai riwayat shahih yang menunjukkan dianjurkannya bersiwak, dapat kita lihat pada perbuatan maupun perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Oleh karena itu, sudah seharusnya kita mengamalkan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini. Hendaklah kita berusaha bersiwak, terlebih-lebih lagi pada saat diperlukan atau pada waktu yang disunnahkan untuk bersiwak, seperti sebelum berwudhu, ketika akan melaksanakan shalat, ketika hendak membaca al-Quran, ketika ingin menghilangkan bau mulut yang tak sedap, serta saat bangun tidur sebagaimana hal ini pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Keadaan-keadaan tadi merupakan saat yang ditekankan untuk bersiwak. Dan asalnya, siwak itu disunnahkan di setiap waktu. Orang yang berpuasa pun dianjurkan untuk bersiwak sebagaimana orang yang tidak berpuasa. Pendapat yang tepat, bersiwak dibolehkan sepanjang waktu, dianjurkan untuk bersiwak di pagi hari maupun di sore hari.

Pendapat yang menyatakan tidak bolehnya bersiwak di sore hari sebenarnya bukan berasal dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi, yang tepat terdapat beberapa perkataan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengatakan,

رَأَيْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلممَا لاَ أُحْصِى يَتَسَوَّكُ وَهُوَ صَائِمٌ


“Aku pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersiwak beberapa kali hingga tidak dapat kuhitung banyaknya, meskipun saat itu beliau sedang berpuasa.”

Oleh karena itu, bersiwak itu disunnahkan bagi orang yang berpuasa maupun yang tidak berpuasa. Namun dengan tetap menjaga agar jangan terlalu kasar (tergesa-gesa) ketika bersiwak karena bisa melukai mulut dan menyebabkan keluarnya darah, atau siwak bisa merusak sesuatu yang ada di mulut . Maka, wajib bagi orang yang terjadi semacam itu untuk mengeluarkan darah atau siwak tersebut dari mulutnya. Oleh karena itu, hendaklah seseorang bersiwak dengan perlahan-lahan.

Jika Siwaknya Memiliki Rasa

Sebuah pertanyaan disampaikan kepada Syekh Abdullah bin ‘Abdurrahman al-Jibrin, “Apakah bersiwak dengan siwak yang memiliki rasa membatalkan puasa?”

Syaikh Abdullah bin ‘Abdurrahman al-Jibrin menyampaikan jawaban, “Bersiwak boleh dilakukan saat berpuasa, dan hukumnya disunnahkan di setiap waktu. Banyak ulama yang memakruhkan bersiwak bagi orang yang berpuasa setelah waktu zawal (tergelincirnya matahari ke barat). Mereka berpendapat demikian karena bersiwak menyebabkan hilangnya bau mulut yang baunya di sisi Allah bagaikan wangi misk.

Para ulama yang meneliti lebih jauh menguatkan pendapat bahwa bersiwak saat berpuasa tidaklah makruh, bahkan dianjurkan untuk bersiwak di pagi dan sore hari.

Adapun jika siwak tersebut memiliki rasa, maka wajib bagi orang yang bersiwak untuk membuang ludahnya ke tanah atau menyekanya dengan sapu tangan. Secara umum, sesungguhnya rasa itu hanya ada di kulit siwak dan tidak selamanya akan ada pada siwak tersebut. Adapun jika siwak tersebut berasa seperti rasa salah satu jenis sayuran atau yang semisalnya, dari segi bahwa rasanya dapat terkecap dengan ludah, maka wajib bagi orang yang bersiwak tersebut untuk memuntahkan air liurnya tadi, karena jika dia sengaja menelan sesuatu dan mengecap rasanya maka puasanya batal. Wallahu a’lam.

Dari fatwa beliau tersebut, dapat dipahami bahwa alasan tidak bolehnya menggunakan siwak yang memiliki rasa saat berpuasa adalah karena rasa dari siwak tersebut bisa terkecap oleh ludah dan akhirnya tertelan masuk ke tenggorokan. Padahal, telah kita ketahui bersama bahwa menelan makanan dan minuman ke dalam kerongkongan dengan sengaja termasuk salah satu pembatal puasa.

Dalam kitab Haqiqatush Shiyam, pada Pasal “Hal-hal yang Membatalkan Puasa dan yang Tidak Membatalkan Puasa”, Syaihul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan, “Pembatal-pembatal puasa ada yang berdasarkan nash dan ijma’ (kesepakatan para ulama), yaitu: makan, minum, dan berjima’ (hubungan intim dengan istri). Allah Ta’ala berfirman,

فَالآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُواْ مَا كَتَبَ اللّهُ لَكُمْ وَكُلُواْ وَاشْرَبُواْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّواْالصِّيَامَ إِلَى الَّليْلِ


‘Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, serta makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam (yaitu fajar). Kemudian, sempurnakanlah puasa itu sampai (datangnya) malam….’ (QS. Al-Baqarah: 187)

Ayat ini menunjukkan bahwa di saat tidak puasa diizinkan untuk berhubungan intim dengan istri. Maka bisa dipahami bahwa puasa haruslah menahan diri dari berhubungan intim dengan istri, makan dan minum.”

Hukum Menggunakan Pasta Gigi Saat Berpuasa

Dalam hal ini, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz ditanya, “Apakah seseorang yang berpuasa boleh menggunakan pasta gigi padahal dia sedang berpuasa di siang hari?”

Beliau menjawab, “Melakukan seperti itu tidaklah mengapa selama tetap menjaga sesuatu agar tidak tertelan di kerongkongan. Sebagaimana pula dibolehkan bersiwak bagi orang yang berpuasa baik di pagi hari atau sore harinya.” 

Pertanyaan yang serupa juga pernah disampaikan kepada Syaikh Muhammad bin Shalih al- Utsaimin, “Apa hukum menggunakan pasta gigi bagi orang yang berpuasa di siang hari bulan Ramadan?”

Beliau menjelaskan, “Penggunaan pasta gigi bagi orang yang sedang berpuasa tidaklah mengapa jika pasta gigi tersebut tidak sampai masuk ke dalam tubuhnya (tidak sampai ia telan, pen). Akan tetapi, yang lebih utama adalah tidak menggunakannya karena pada pasta gigi terdapat rasa yang begitu kuat yang bisa jadi masuk ke dalam perut seseorang tanpa dia sadari. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Laqith bin Shobroh,

بَالِغْ فِى الاِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُونَ صَائِمًا


“Bersungguh-sungguhlah dalam beristinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung), kecuali bila engkau sedang berpuasa.”

Dengan demikian, yang lebih utama bagi orang yang sedang berpuasa adalah tidak menggunakan pasta gigi. Waktu untuk menggunakan pasta gigi sebenarnya masih bisa di waktu lainnya. Jika orang yang berpuasa tersebut tidak menggunakan pasta gigi hingga waktu berbuka, maka berarti dia telah menjaga dirinya dari perkara yang dikhawatirkan merusak ibadah puasanya.”

Kesimpulan
  • Bersiwak disunnahkan untuk dilakukan dalam keadaan apa pun, baik sedang berpuasa ataupun tidak.
  • Hukum menggunakan sikat gigi dianalogikan (diqiyaskan) dengan hukum menggunakan siwak.
  • Hukum menggunakan sikat gigi dengan pasta gigi dianalogikan (diqiyaskan) dengan hukum menggunakan siwak yang memiliki rasa.
  • Pada asalnya, hukum menggunakan sikat gigi dengan pasta gigi saat berpuasa adalah boleh. Namun untuk lebih berhati-hati dari tertelannya pasta gigi ke dalam kerongkongan, maka sebaiknya pasta gigi tidak digunakan ketika puasa, bisa ditunda setelah waktu berbuka tiba atau sebelum masuk waktu shubuh. Sebagai gantinya, ketika sedang berpuasa, sebaiknya menyikat gigi dilakukan tanpa memberikan pasta gigi pada sikat gigi. Wallahu a’lam.
Demikian pembahasan tentang hukum menyikat gigi saat berpuasa, semoga bermanfaat.

Sumber : http://solafussholeh.blogspot.com/2014/06/hukum-menyikat-gigi-ketika-berpuasa.html